mau membantu teman yang susah nyari tugas:....
A.
Pengertian
Perubahan sosial
1.Menurut
selo seomardjan
Perubahan sosial adalah segala
perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu
masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya
nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam
masyarakat.
2.Menurut Gillin
2.Menurut Gillin
Perubahan sosial sebagai suatu variasi dari
cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis,
kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi ataupun
penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
3.Munurut William ogburn
perubahan
sosial mencakup unsur-unsur kebudayaan, baik material maupun immaterial yang
menekankan adanya pengaruh besar dari unsur-unsur kebudayaan material terhadap unsur-unsur
immaterial.
4.Menurut Kingsley davis
Perubahan
sosial sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat.
5.Mac iver
Perubahan
sosial sebagai perubahan-perubahan dalam hubungan (sosial relation) atau perubahn
terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
6. secara umum
Perubahan Sosial adalah segala
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang
mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan
pola perilaku diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
B.Unsur perubahan sosial
a.Interaksi sosial
a.Interaksi sosial
Interaksi
sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara individu
dengan individu,individu dengan kelompok,dan antara kelompok dengan kelompok
dalam kehidupan masyarakat.Interaksi merupakan unsur penting dalam masyarakat
serta menandai adanya kehidupan di masyarakat.Salah satu bentuk interaksi
adalah adanya hubungan timbal balik pada masyarakat tradisional berbeda dengan
masyarakat modern. Contohnya untuk berbicara dengan orang lain tidak harus
berhadapan muka,cukup melalui telepon.
b.Lembaga sosial
Lembaga
sosial adalah lembaga kemasyarakatan yang memuat aturan-aturan dari segala
tingkatan yang berkisar pada kebutuhan pokok manusia.
c.Kelompok sosial
Pengelompokan
manusia berdasarkan kepentingan tertentu. Contohnya kelompok sosial di lembaga
pendidikan,pasar dan kelompok profesi.
d.Pelapisan(startifikasi) sosial
pengelompokan
penduduk atau masyarakat berdasarkan tingkat sosialnya
c Bentuk perubahan
sosial menurut soerjono sukanto.
a.Perubahan Evolusi dan Perubahan Revolusi
Berdasarkan cepat lambatnya, perubahan sosial
dibedakan menjadi dua bentuk umum yaitu perubahan yang
berlangsung cepat dan perubahan yang berlangsung lambat. Kedua bentuk perubahan
tersebut dalam sosiologi dikenal dengan revolusi dan evolusi.
Perubahan evolusi
Perubahan evolusi
adalah perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam proses lambat, dalam waktu
yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang
bersangkutan.Perubahan-perubahan ini berlangsung mengikuti kondisi perkembangan
masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Dengan kata lain, perubahan sosial terjadi
karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat guna menyesuaikan diri terhadap
kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada
waktu tertentu. Contoh, perubahan sosial dari masyarakat berburu
menuju ke masyarakat meramu
Menurut Soerjono Soekanto, terdapat tiga teori
yang mengupas tentang evolusi, yaitu
- Unilinier Theories of Evolution: menyatakan bahwa manusia dan masyarakat mengalami perkembangan sesuai dengan tahap-tahap tertentu, dari yang sederhana menjadi kompleks dan sampai pada tahap yang sempurna.
- Universal Theory of Evolution: menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap. Menurut teori ini, kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi yang tertentu.
- Multilined Theories of Evolution: menekankan pada penelitian terhadap tahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya, penelitian pada pengaruh perubahan sistem pencaharian dari sistem berburu ke pertanian.
Perubahan revolusi
Perubahan revolusi
merupakan perubahan yang berlangsung secara cepat dan tidak ada kehendak atau
perencanaan sebelumnya.Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai
perubahan-perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau
lembaga- lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat.Dalam revolusi,
perubahan dapat terjadi dengan direncanakan atau tidak direncanakan, dimana
sering kali diawali dengan ketegangan atau konflik dalam
tubuh masyarakat yang bersangkutan.
Revolusi tidak dapat terjadi di setiap situasi
dan kondisi masyarakat. Secara sosiologi, suatu
revolusi dapat terjadi harus memenuhi beberapa syarat tertentu, antara lain
adalah:
- Ada beberapa keinginan umum mengadakan suatu perubahan. Di dalam masyarakat harus ada perasaan tidak puas terhadap keadaan, dan harus ada suatu keinginan untuk mencapai perbaikan dengan perubahan keadaan tersebut.
- Adanya seorang pemimpin atau sekelompok orang yang dianggap mampu memimpin masyarakat tersebut.
- Pemimpin tersebut dapat menampung keinginan-keinginan tersebut, untuk kemudian merumuskan serta menegaskan rasa tidak puas dari masyarakat, untuk dijadikan program dan arah bagi geraknya masyarakat.
- Pemimpin tersebut harus dapat menunjukkan suatu tujuan pada masyarakat. Artinya adalah bahwa tujuan tersebut bersifat konkret dan dapat dilihat oleh masyarakat. Selain itu, diperlukan juga suatu tujuan yang abstrak. Misalnya perumusan sesuatu ideologi tersebut.
- Harus ada momentum untuk revolusi, yaitu suatu saat di mana segala keadaan dan faktor adalah baik sekali untuk memulai dengan gerakan revolusi. Apabila momentum (pemilihan waktu yang tepat) yang dipilih keliru, maka revolusi dapat gagal.
b.Perubahan direncanakan dan tidak direncanakan
Perubahan yang direncanakan
Perubahan yang direncanakan adalah
perubahan-perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan terlebih
dahulu oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan
perubahan di dalam masyarakat.Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan
dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang
mendapat kepercayaan dari masyarakat sebagai pemimpin satu
atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan.Oleh karena
itu, suatu perubahan yang direncanakan selalu di bawah pengendalian dan
pengawasan agent of change.Secara umum, perubahan berencana dapat juga disebut
perubahan dikehendaki. Misalnya, untuk mengurangi angka kematian anak-anak akibat
polio, pemerintah mengadakan gerakan Pekan Imunisasi
Nasional (PIN)atau untuk mengurangi pertumbuhan jumlah penduduk pemerintah
mengadakan program keluarga berencana (KB).
Perubahan yang tidak direncanakan dan contoh
Perubahan yang tidak direncanakan
biasanya berupa perubahan yang tidak dikehendaki oleh masyarakat.
Karena terjadi di luar perkiraan dan jangkauan, perubahan ini sering membawa
masalah-masalah yang memicu kekacauan atau kendala-kendala
dalam masyarakat.Oleh karenanya, perubahan yang tidak dikehendaki sangat sulit
ditebak kapan akan terjadi.Misalnya, kasus banjir bandang
di Sinjai, Kalimantan Barat. Timbulnya banjir
dikarenakan pembukaan lahan yang kurang memerhatikan kelestarian
lingkungan.Sebagai akibatnya, banyak perkampungan dan permukiman masyarakat
terendam air yang mengharuskan para warganya mencari permukiman
baru.
C.Pengertian perubahan kebudayaan
Perubahan
kebudayaan adalah perubahan dalam sistem ide yang dimiliki bersama pada
berbagai bidang kehidupan dalam masyarakat bersangkutan. Atau dapat di katakan
perubahan kebudayaan adalah ketidaksesuaian di antara unsur-unsur kebudayaan
yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak serasi fungsinya bagi
kehidupan.
D.Unsur-unsur perubahan kebudayaan
a.Sistem
peralatan hidup dan teknologi
Peralatan dan perlengkapan hidup
manusia meliputi perumahan,pakaian,alat-alat rumah tangga,senjata,alat-alat
produksi dan transportasi.Peralatan hidup manusia ini terus mengalami perubahan
dari waktu ke waktu. Sebagai contoh bentuk pakaian orang zaman dulu dengan
orang sekarang sangat berbeda.
b.Bahasa
Bahasa merupakan sarana komunikasi
utama manusia untuk mengenal sesamanya.Bahasa meliputi bahasa lisan dan bahasa
tulis.Pada zaman dahulu ketika orang belum mengenal tulisan(zaman
prasejarah),komunikasi berlangsung secara lisan,namun setelah mengenal
tulisan,orang menyampaikan dengan bahasa tulis.
c. Sistem
pengetahuan
Sistem pengetahuan dimilika oleh
masyarakat seiring dengan perkembangan teknologi yang dikuasai oleh masyarakat
itu sendiri,Pengetahuan yang dimiliki masyarakat sangat terkait dengan
pengalaman hidup yang di lalui masyarakat tersebut.Dari pengalaman itu
muncullah pengetahuan bercocok tanam,pengetahuan tentang alam
semesta,pengetahuan tentang flora,fauna,dan sebagainya.
d.Sistem
kemasyarakatan
Sistem kemasyarakatan meliputi
sistem perkawinan dan sebagainya.Sistem kamasyarakatan merupakan slah satu
unsur kebudayaan yang selalu berubah seiring dengan perkembangan pengetahaun
masyarakat.
e.Sistem ekonomi
dan mata pencarian
Sistem ekonomi dan mata pencarian
meliputi pertanian,peternakan,perikanan,perdangan, sistem produksi,sistem
distribusi, dan sebagainya. Sistem mata pencarian masyarkat ada kecenderungan
mengalami perubahan dari wakru ke waktu.Masyarakat pedesaan yang semula
menggeluti bidang pertanian,sebagai akibatnya dari makin sempitnya lahan
pertanian karena digunakan untuk pemukiman ataupun kegiatan industri banyak
diantaranya yang beralih pekerjaan ke bidang industri.
f.Sistem religi
Sistem religi atau kepercayaan yang
dianut masyarakat telah mengalami perubahan.Pada masa dulu orang menganut
aninisme(Kepercayaan terhadap kekuatan roh-roh). Ada juga yang menganut
dinanisme(Kepercayaan terhadap kekuatan benda-benda),namun sekarang sebagian
orang besar telah menganut agama yang mempercayai adanya Tuhan.
g.Kesenian
Kesenian meliputi seni tari,seni
suara,seni lukis,seni pahat,seni musik,seni rias,dan seni drama.Bentuk-bentuk
seni ini selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu.
E.Bentuk-bentuk perubahan kebudayaan
a.Inovasi
pembaruan atau penemuan baru yang diterapkan dalam kehidupan
masyarakat sehingga menambah, melengkapi atau mengganti yang telah ada.
Penemuan baru didorong oleh : kesadaran masyarakat akan kekurangan unsure dalam
kehidupannya, kualitas ahli atau anggota masyarakat ,Konflik yang terjadii dalam masyarakat,Pemberontakan atau revolusi.
b.Diffusi
Difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain, dari orang ke orang
lain, dan dari masyarakat ke masyarakat lain.Manusia dapat menghimpun pengetahuan baru dari
hasil penemuan-penemuan.
Difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu tempat ke tempat lain, dari orang ke orang
lain, dan dari masyarakat ke masyarakat lain.Manusia dapat menghimpun pengetahuan baru dari
hasil penemuan-penemuan.
c.Akulturasi
Akulturasi adalah suatu kebudayaan tertentu yang dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing,
yang lambat laun unsur kebudayaan asing tersebut melebur/menyatu ke dalam kebudayaan sendiri
(asli), tetapi tidak menghilangkan ciri kebudayaan lama.
yang lambat laun unsur kebudayaan asing tersebut melebur/menyatu ke dalam kebudayaan sendiri
(asli), tetapi tidak menghilangkan ciri kebudayaan lama.
d.Assimilasi
Asimilasi adalah proses penyesuaian (seseorang/kelompok orang asing) terhadap kebudayaan
setempat.Dengan asimilasi kedua kelompok baik asli maupun pendatang lebur dalam satu kesatuan
kebudayaan.
Asimilasi adalah proses penyesuaian (seseorang/kelompok orang asing) terhadap kebudayaan
setempat.Dengan asimilasi kedua kelompok baik asli maupun pendatang lebur dalam satu kesatuan
kebudayaan.
e.Sikratisme
Sinkretisme adalah upaya untuk
penyesuaian atau pencampuran kebudayaan pertentangan perbedaan kepercayaan,
sementara sering dalam praktik berbagai aliran berpikir. Istilah ini bisa
mengacu kepada upaya untuk bergabung dan melakukan sebuah analogi atas beberapa
ciri-ciri tradisi, terutama dalam teologi dan mitologi agama, dan dengan
demikian menegaskan sebuah kesatuan pendekatan yang melandasi memungkinkan
untuk berlaku inklusif pada agama lain.
g.Milenarisme
Milenarisme adalah salah satu bentuk kebangkitan yang berusaha mengangkat golongan
masyarakat bawah yang tertindas dan telah lama menderita dalam kedudukan sosial yang
rendah.
F.Bentuk-bentuk perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat
Milenarisme adalah salah satu bentuk kebangkitan yang berusaha mengangkat golongan
masyarakat bawah yang tertindas dan telah lama menderita dalam kedudukan sosial yang
rendah.
F.Bentuk-bentuk perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat
Progres
Perubahan progres adalah perubahan yang membawa
keuntungan bagi masyarakat. Contoh perkembangan pendidikan masyarakat.
a.Planned progres
b.Implaned progres
a.Planned progres
b.Implaned progres
Regres
Perubahan regres adalah perubahan yang membawa
kemunduran bagi masyarakat di bidang tertentu. Contoh perubahan pola kehidupan
remaja yang mabuk-mabukan.
G.Faktor-faktor
perubahan sosial dan budaya
Penyebab:
a.Intern
a.Intern
- Perubahan jumlah penduduk. Perubahan jumlah penduduk akan menimbulkan perubahan pada kebutuhan hidup, seperti sandang, pangan, dan papan. Selain itu penduduk yang bertambah akan menyebabkan tempat tinggal yang semula berpusat di keluarga nesar menjadi terpencar karena faktor pekerjaan. Contoh perubahan penduduk adalah program transmigrasi dan urbanisasi.
- Pemberontakan atau revolusi, yang berpengaruh besar pada lembaga-lembaga masyarakat dan struktur masyarakat. Sebagai contoh G 30 S/PKI yang berakibat dilarangnya paham komunis si Indonesia.
- Peranan nilai yang diubah. Misalnya program keluarga berencana yang mampu mengubah pandangan masyarakat untuk mengurangi jumlah kelahiran anak.
- Peran tokoh karismatik, karena tokoh ini adalah tokoh yang disegani dan dihormati di masyarakat, maka masyarakat akan cenderung mengikuti arah tokoh tersebut. Seperti Ir. Soekarno yang memiliki karisma di masyarakat karena keahliannya berpidato.
- Penemuan baru. Penemuan baru terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
- Inovasi, yaitu proses proses perubahan sosial budaya yang besar tapi terjadi dalam waktu singkat.
- Discovery, yaitu penemuan unsur kebudayaan baru oleh seorang atau beberapa individu.
- Invention, yaitu saat ketika masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru tersebut.
b.ekstern
- Faktor alamiah, jika tempat tinggal masyarakat adalah pantai, maka masyarakat akan cenderung berprofesi sebagai nelayan. Selain itu jika terjadi bencana alam, maka masyarakat akan pindah ke daerah lain sehingga masyarakat akan beradaptasi dengan lingkungan baru tersebut dan melahirkan budaya baru.
- Peperangan, yang pasti menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat.
- Pengaruh kebudayaan masyarakat lain, ketika dua masyarakat saling berinteraksi. Interaksi tersebut akan menimbulkan perubahan pola pikir dan selanjutnya bisa terjadi akulturasi atau asimilasi.
- Akulturasi adalah percampuran dua kebudayaan dimana kebudayaan setempat masih terlihat. Sering dianalogikan dengan rumus A+B=AB, dengan A=kebudayaan asing dan B=kebudayaan setempat.
- Asimilasi adalah percampuran dua kebudayaan yang menghasilkan kebudayaan yang baru sama sekali. Dianalogikan dengan rumus A+B=C, dengan A=kebudayaan asing, B=kebudayaan setempat, dan C=kebudayaan baru.
Dalam proses perubahan sosial budaya akibat
interaksi masyarakat sering dijumpai istilah difusi, yaitu penyebaran
unsur-unsur kebudayaan dari sekelompok masyarakat ke kelompok masyarakat lain.
Penghambat:
1.Kurangnya Hubungan Dengan Masyarakat
Lain
Masyarakat yang sedikit berhubungan dengan
masyarakat lain akan sulit mengalami perubahan, karena perubahan akan terjadi
apabila dalam suatu masyarakat terjadi kontak sosial. Biasanya masyarakat yang
kurang berhubungan dengan masyarakat lain adalah masyarakat yang hidup terasing
atau terpencil.
Contoh: masyarakat suku pedalaman akan sulit
mengetahui perkembangan-perkembangan yang terjadi pada masyarakat lain karena
kurang dan sulit berkomunikasi.
2.Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Yang Terlambat
Hal tersebut dapat terjadi
karena masyarakat itu terasing atau sengaja mengasingkan diri, atau misalnya
pernah dijajah bangsa lain sehingga mendapatkan pembatasan.
Contoh: masyarakat kelas bawah sulit mendapatkan
pendidikan yang layak, sehingga pemikirannya kurang terbuka.
3.Sikap Masyarakat yang Sangat
Tradisional
Sikap ini terdapat pada masyarakat yang masih
mengagung-agungkan tradisi lama dan beranggapan bahwa tradisi tidak dapat
dirubah. Hal itu sangat menghambat perubahan.
Contoh: di zaman modern ini masih banyak
masyarakat yang mengkaitkan keadaan alam dengan hal-hal yang irasional,
walaupun sebenarnya fenomena alam itu dijelaskan secara ilmiah.
4.Rasa Takut Akan Terjadinya Kegoyahan
Pada Integritas Kebudayaan.
Integrasi sosial mempunyai derajat yang berbeda.
Unsur-unsur luar dikhawatirkan akan menggoyahkan integrasi sosial dan
menyebabkan perubahan-perubahan pada aspek tertentu dalam masyarakat.
5.Adanya Kepentingan-Kepentingan yang
Telah Tertanam Dengan Kuat (Vested Interest)
Dalam suatu masyarakat selalu terdapat
kelompok-kelompok yang menempati kedudukan tertentu. Biasanya dari kedudukan
mereka mendapatkan keuntungan-keuntungan tertentu dan hak-hak istimewa.
6.Hambatan-Hambatan Yang Bersifat
Ideologis
Masyarakat sering beranggapan bahwa pandangan
hidup yang telah tertanam lama dan telah menjadi ideologi dapat terancam oleh
setiap usaha perubahan unsur-unsur kabudayaan.
Contoh: masyarakat Minang menganut matrialisme,
maka masyarakat akan sulit menerima ideologi baru bahwa derajatnya lebih
tinggi.
7.Prasangka Terhadap Hal-Hal Baru
Atau Asing (Sikap Tertutup)
Sikap ini umumnya terjadi pada masyarakat yang
pernah dijajah oleh bangsa lain. Mereka menjadi curiga terhadap hal-hal yang
berasal dari luar, karena pengalaman pahit sebagai bangsa terjajah.
Contoh: sebagian masyarakat masih mempunyai
anggapan bahwa munculnyya internet adalah salah satu bentuk penjajahan bangsa
barat melalui media elektronik.
8.Adat Istiadat (Kebiasaan)
Adat atau kebiasaan merupakan pola perilaku
anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Jika pola-pola perilaku
tidak lagi efektif memenuhi kebutuhan pokok, maka akan muncul krisis adat atau
kebiasaan dan akan sulit diubah.
Contoh: seorang ibu yang hidup dalam masyarakat
desa telah terbiasa menumbuk padi secara manual, walaupun sekarang telah ada
alat yang lebih efisien namun kebanyakan masyarakat enggan menggunakannya.
9.Nilai bahwa hidup ini pada hakikatnya buruk dan
tidak mungkin diperbaiki
Pendorong:
1.Kontak Dengan Kebudayaan Lain
Perubahan sosial dan budaya akan berjalan dengan
cepat apabila masyarakat sering melakukan kontak dengan kebudayaan lain. Salah
satu proses yang mempercepat kontak dengan kebudayaan lain adalah proses
difusi. Dengan terjadinya difusi, suatu penemuan baru yang telah diterima oleh
masyarakat dapat diteruskan dan disebarkan pada masyarakat luas sampai semua
masyarakat dapat menikmati kegunaannya. Selain difusi, proses yang mempercepat
kontak sosial juga dapat terjadi karena akulturasi, namun akulturasi bersifat continue
dan memerlukan hubungan dekat.
2.Sistem Pendidikan Formal Yang Lebih
Maju
Pendidikan formal sangat penting, karena dengan
pendidikan formal masyarakat akan mendapatkan nilai-nilai tertentu untuk
menerima hal-hal baru dan berpikir lebih rasional dan ilmiah serta cara pandang
terhadap masalah yang lebih obyektif.
3.Toleransi
Masyarakat yang memiliki sikap toleransi
cenderung akan mudah menerima hal-hal yang baru, sehingga proses perubahan
sosial budaya akan berjalan lebih cepat karena masyarakat sangat toleran dengan
perilaku menyimpang. Dalam hal ini dapat berupa penyimpangan positif maupun
negatif.
Contoh: dahulu pekerjaan sopir hanya dilakukan
oleh seorang laki-laki, namun sekarang ini masyarakat tidak merasa risih
apabila perempuan bekerja sebagai sopir.
4.Sistem Stratifikasi Terbuka
Dengan sistem stratifikasi terbuka maka hal itu
akan memberikan kesempatan adanya gerak sosial vertikal dan peluang yang luas
bagi individu untuk meningkatkan diri untuk maju dan berusaha menaikkan status
sosial dalam masyarakat.
Contoh: seorang anak yangt terlahir dari keluarga
petani miskin, dengan kemampuan secara akademis anak itu mendapatkan pekerjaan
yang bagus. Dengan begitu anak itu mampu menaikan status sosial dirinya dan
keluarganya.
5.Penduduk yang Heterogen
Dalam masyarakat heterogen yang memiliki latar
kebudayaan, ras dan ideologi yang berbeda akan mudah dan sering terjadi
pertentangan yang akan memicu terjadinya perubahan tersebut.
Contoh: masyarakat di perkotaan, di dalamnya
terdapat masyarakat yang berbeda-beda kebudayaan. Misalnya: Suku Batak, Jawa,
Bugis, dsb. Dengan keadaan itu masyarakat sering berinteraksi dan memungkinkan
terjadi perubahan.
6.Ketidakpuasan Masyarakat Terhadap
Berbagai Bidang Kehidupan
Ketidakpuasan ini, baik dalam sistem kemasyarakatan,
ekonomi dan keamanan akan mendorong masyarakat melakukan perubahan sistem yang
ada dengan cara menciptakan sistem baru agar sesuai dengan kebutuhan.
Contoh: masyarakat tidak puas dengan kebijakan
ekonomi dari pemerintah, kemudian masyarakat menyampaikan aspirasi terhadap
pemerintah melalui DPR.
7.Orientasi Masa Depan
Seseorang dalam masyarakat pada umumnya
beranggapan bahwa masa yang akan datang berbeda dengan masa sekarang sehingga
masyarakat berusaha menyesuaikan diri baik yang sesuai keinginannya. Untuk itu
masyarakat umumnya berusaha melakukan perubahan-perubahan agar dapat menerima
masa depan.
Contoh: sekarang ini masyarakat harus berusaha
memperbaiki keadaan ekonomi karena untuk menghadapi krisis global.
8.Sikap Menghargai Hasil Karya Seseorang
dan Keinginan Untuk Maju
Sikap menghargaai hasil karya seseorang akan
menjadi motivasi untuk menjadi pribaadi yang lebih baik.
Contoh: hadiah nobel misalnya akan mendorong
seseorang untuk menciptakan pemikiran dan penemuan-penemuan baru.
9.Pandangan dan Nilai Bahwa Manusia
Harus Senantiasa Berusaha Untuk Memperbaiki Dirinya
Dalam masyarakat terdapat ajaran agama bahwa
Tuhan tidak akan merubah nasib seseorang apabila seseorang tersebut tidak mau
berusaha.
Contoh: seseorang ingin mendapatkan pekerjaan
yang bagus maka harus berusaha dengan cara belajar keras dan pantang menyerah.
H.Perubahan sosial dan budaya dalam masyarakat
Proses
Oleh : Prof. Dr. Awan Mutakin,
M.Pd
a. Pendahuluan
Dalam
suatu proses modernisasi, suatu proses perubahan yang direncanakan, melibatkan
semua kondisi atau nilai-nilai sosial dan kebudayaan secara integratif. Atas
dasar ini, semua fihak, apakah tokoh ? Tokoh masyarakat, formal atau
non-formal, anggota masyarakat lainnya, apakah dalam skala individual atau pun
dalam skala kelompok, seyogianya memahami dan menyadari, bahwa, manakala salah
satu aspek atau unsur sosial atau kebudayaan mengalami perubahan, maka
unsur-unsur lainnya mesti menghadapi dan mengharmonisikan kondisinya dengan
unsur-unsur lain yang telah berubah terlebih dulu.
Oleh
karena itu mesti memahami dan menyadari bahwa sistem nilai yang berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan ada yang berkualifikasi norma (norm) dan nilai (value). Di mana
norma skala keberlakuannya tergantung pada aspek waktu,
ruang (tempat, dan kelompok sosial yang bersangkutan; sedangkan
nilai (value) skala keberlakuannya lebih universal. Dalam tatanan masyarakat
yang maju atau modern, maka nilai-nilai sosial dan kultural yang bersifat
universal mendominasi dan mengisi semua mosaik kehidupan masyarakat yang
bersangkutan.
b. Orientasi Perubahan
Yang
dimaksudkan orientasi atau arah perubahan di sini meliputi beberapa orientasi,
antara lain (1) perubahan dengan orientasi pada upaya meninggalkan
faktor-faktor atau unsur-unsur kehidupan sosial
yang mesti ditinggalkan atau diubah, (2) perubahan dengan orientasi
pada suatu bentuk atau unsur yang memang bentuk atau unsur baru, (3) suatu perubahan yang
berorientasi pada bentuk, unsur, atau nilai yang telah eksis atau ada pada masa lampau. Tidaklah jarang suatu
masyarakat atau bangsa yang selain berupaya mengadakan proses modernisasi pada
berbagai bidang kehidupan, apakah aspek ekonomis, birokrasi, pertahanan
keamanan, dan bidang iptek; namun demikian, tidaklah luput perhatian masyarakat
atau bangsa yang bersangkutan untuk berupaya menyelusuri, mengeksplorasi, dan
menggali serta menemukan unsur-unsur atau nilai-nilai kepribadian atau jatidiri sebagai bangsa yang bermartabat.
Tidaklah
jarang, bahwa tokoh-tokoh dan ungkapan-ungkapan yang bernuansa seni sastra pada
masa lampau, baik suatu fenomena yang bernuansa imajinasi, yang ditampilkan
oleh berbagai bentuk ceritera rakyat atau folklore.
Semuanya lazim menyadarkan atau menampilkan nilai-nilai keteladanan, baik dalam
aspek gagasan, aspek pengorganisasian dan kegiatan sosial, maupun dalam
aspek-aspek kebendaan. Aspek-aspek ini senantiasa dimuati oleh nilai-nilai
kearifan dan kebijakan yang memberikan acuan bagaimana orang mesti berfikir, berasa, berkarsa dan berkarya
dalam upaya bertanggung jawab pada dirinya,
pada sesamanya, dan pada lingkungannya, serta pada Sang Khalik Yang Maha Murbeng Alam ini. Nilai-nilai seperti inilah
yang menjadi nuansa-nuansa dalam membagun kepribadian atau jatidiri sebagian
besar masyarakat atau suatu kelompok bangsa dimanapun mereka berada.
Dalam
memantapkan orientasi suatu proses perubahan, ada beberapa faktor yang
memberikan kekuatan pada gerak perubahan tersebut, yang antara lain adalah
sebagai berikut, (1) suatu sikap, baik skala individu maupun skala kelompok,
yang mampu menghargai karya pihak lain, tanpa dilihat dari skala besar atau
kecilnya produktivitas kerja itu sendiri, (2) adanya kemampuan untuk mentolerir
adanya sejumlah penyimpangan dari bentuk-bentuk atau unsur-unsur rutinitas,
sebab pada hakekatnya salah satu pendorong perubahan adanya individu-individu
yang menyimpang dari hal-hal yang rutin. Memang salah satu ciri yang hakiki
dari makhluk yang disebut manusia itu adalah sebagai makhluk yang disebut homo deviant, makhluk yang suka
menyimpang dari unsur-unsur rutinitas, (3) mengokohkan suatu kebiasaan atau
sikap mental yang mampu memberikan penghargaan (reward) kepada pihak lain
(individual, kelompok) yang berprestasi dalam berinovasi,
baik dalam bidang sosial, ekonomi, dan iptek, (4) adanya atau tersedianya fasilitas
dan pelayanan pendidikan dan pelatihan yang memiliki spesifikasi dan
kualifikasi progresif, demokratis, dan terbuka bagi semua fihak yang
membutuhkannya.
Precedent dari suatu proses
perubahan sosial tidak mesti diorientasikan pada isu kemajuan atau progress semata, sebab tidaklah
mustahil bahwa proses perubahan sosial itu justru mengarah ke isu kemunduran
atau kearah suatu regress, atau
mungkin mengarah pada suatu degradasi pada
sejumlah aspek atau nilai kehidupan dalam masyarakat yang bersangkutan. Suatu
proses regresi atau kemunduran dan degradasi (luntur atau berkurangnya suatu
derajat atau kualifikasi bentuk-bentuk atau niali-nilai dalam masyarakat),
tidak hanya suatu arah atau orientasi perubahan secara linier, tetapi tidak
jarang terjadi karena justru sebagai dampak sampingan dari keberhasilan suatu
proses perubahan. Sebagai contoh perubahan aspek iptek, dari iptek yang bersahaja ke iptek yang modern (maju), mungkin menimbulkan
kegoncangan-kegoncangan pada unsur-unsur atau nilai-nilai yang tengah berlaku
dalam masyarakat yang bersangkutan, yang sering disebut sebagai culture-shock atau kejutan-kejutan
budaya yang terjadi pada tatanan kehidupan suatu masyarakat yang tengah
menghadapi berbagai perubahan.
c.
Modernisasi Sebagai Kasus Perubahan Sosial dan Kebudayaan
Modernisasi,
menunjukkan suatu proses dari serangkaian upaya untuk menuju atau menciptakan
nilai-nilai (fisik, material dan sosial) yang bersifat atau berkualifikasi
universal, rasional, dan fungsional. Lazimnya suka dipertentangkan dengan
nilai-nilai tradisi. Modernisasi berasal dari kata modern (maju), modernity
(modernitas), yang diartikan sebagai nilai-nilai yang keberlakuan dalam aspek
ruang, waktu, dan kelompok sosialnya lebih luas atau universal, itulah spesifikasi nilai atau values. Sedangkan yang lazim
dipertentangkan dengan konsep modern adalah tradisi, yang berarti barang
sesuatu yang diperoleh seseorang atau kelompok melalui proses pewarisan secara
turun temurun dari generasi ke generasi. Umumnya tradisi
meliputi sejumlah norma (norms)
yang keberlakuannya tergantung pada (depend on) ruang
(tempat), waktu, dan kelompok (masyarakat) tertentu. Artinya keberlakuannya
terbatas, tidak bersifat universal seperti yang berlaku bagi nilai-nilai atau values. Sebagai contoh atau kasus, seyogianya manusia mengenakkan pakaian, ini merupakan atau termasuk
kualifikasi nilai (value). Semua fihak
cenderung mengakui dan menganut nilai atau value ini. Namun, pakaian model apa
yang harus dikenakan itu? Perkara model pakaian yang disukai, yang disenangi,
yang biasa dikenakan, itulah yang menjadi urusan norma-norma yang dari tempat
ke tempat, dari waktu ke waktu, dan dari kelompok ke kelompok akan lebih
cenderung beraneka ragam.
Spesifikasi
norma-norma dan tradisi bila dilihat atas dasar proses modernisasi adalah
sebagai berikut, (1) ada norma-norma yang bersumber dari tradisi itu, boleh
dikatakan sebagai penghambat kemajuan atau proses modernisasi, (2) ada pula
sejumlah norma atau tradisi yang memiliki potensi untuk dikembangkan,
disempurnakan, dilakukan pencerahan, atau dimodifikasi sehingga kondusif dalam
menghadapi proses modernisasi, (3) ada pula yang betul-betul memiliki
konsistensi dan relevansi dengan nilai-nilai baru. Dalam kaitannya dengan
modernisasi masyarakat dengan nilai-nilai tradisi ini, maka ditampilkan
spesifikasi atau kualifikasi masyarakat modern, yaitu bahwa masyarakat atau
orang yang tergolong modern (maju) adalah mereka yang terbebas dari kepercayaan
terhadap tahyul. Konsep modernisasi digunakan
untuk menamakan serangkaian perubahan yang terjadi pada seluruh aspek kehidupan
masyarakat tradisional sebagai suatu upaya mewujudkan masyarakat yang
bersangkutan menjadi suatu masyarakat industrial. Modernisasi menunjukkan suatu
perkembangan dari struktur sistem sosial, suatu bentuk perubahan yang
berkelanjutan pada aspek-aspek kehidupan ekonomi, politik, pendidikan, tradisi
dan kepercayaan dari suatu masyarakat, atau satuan sosial tertentu.
Modernisasi
suatu kelompok satuan sosial atau masyarakat, menampilkan suatu pengertian yang
berkenaan dengan bentuk upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sadar
dan kondusif terhadap tuntutan dari tatanan kehidupan yang semakin meng-global
pada saat kini dan mendatang. Diharapkan dari proses menduniakan seseorang atau
masyarakat yang bersangkutan, manakala dihadapkan pada arus globalisasi tatanan
kehidupan manusia, suatu masyarakat tertentu (misalnya masyarakat Indonesia)
tidaklah sekedar memperlihatkan suatu fenomena kebengongan
semata, tetapi diharapkan mampu merespons, melibatkan diri dan
memanfaatkannya secara signifikan bagi eksistensi bagi dirinya, sesamanya, dan
lingkungan sekitarnya. Adapun spesifikasi sikap mental seseorang atau kelompok
yang kondusif untuk mengadopsi dan mengadaptasi proses modernisasi adalah, (1)
nilai budaya atau sikap mental yang senantiasa berorientasi ke masa depan dan
dengan cermat mencoba merencanakan masa depannya, (2) nilai budaya atau sikap
mental yang senantiasa berhasrat mengeksplorasi dan mengeksploitasi
potensi-potensi sumber daya alam, dan terbuka bagi pengembangan inovasi bidang
iptek. Dalam hal ini, memang iptek bisa dibeli, dipinjam dan diambil alih dari
iptek produk asing, namun dalam penerapannya memerlukan proses adaptasi yang sering
lebih rumit daripada mengembangkan iptek baru, (3) nilai budaya atau sikap
mental yang siap menilai tinggi suatu prestasi dan
tidak menilai tinggi status sosial,
karena status ini seringkali dijadikan suatu predikat yang bernuansa gengsi
pribadi yang sifat normatif, sedangkan penilai obyektif hanya bisa didasarkan
pada konsep seperti apa yang dikemukakan oleh D.C. Mc Clelland
(Koentjaraningrat, 1985), yaitu achievement-oriented,
(4) nilai budaya atau sikap mental yang bersedia menilai tinggi usaha fihak
lain yang mampu meraih prestasi atas kerja kerasnya sendiri.
Tanpa
harus suatu masyarakat berubah seperti orang Barat, dan tanpa harus bergaya
hidup seperti orang Barat, namun unsur-unsur iptek Barat tidak ada salahnya
untuk ditiru, diambil alih, diadopsi, diadaptasi, dipinjam, bahkan dibeli.
Manakala persyaratan ini telah dipenuhi dan keempat nilai budaya atau sikap
mental yang telah ditampilkan telah dimiliki oleh suatu masyarakat tersebut.
Khusus untuk masyarakat di Indonesia, sejarah masa lampau mengajarkan bahwa
sistem ekonomi, politik, dan kebudayaan dari kerajaan-kerajaan besar di Asia
seperti India dan Cina, yang diadopsi dan diadaptasi oleh kerajaan-kerajaan di
Nusantara ini, seperti Sriwijaya dan Majapahit, namun fakta sejarah tidak membuktikan bahwa orang-orang
Sriwijaya dan Majapahit, dalam pengadopsian dan pengadaptasian nilai-nilai
kebudayaan tadi sekaligus menjadi orang India atau Cina.
Proses
modernisasi sampai saat ini masih tampak dimonopoli oleh masyarakat perkotaan
(urban community), terutama di kota-kota Negara Sedang Berkembang,
seperti halnya di Indonesia. Kota-kota di negara-negara sedang berkembang
menjadi pusat-pusat modernisasi yang diaktualisasikan oleh berbagai bentuk
kegiatan pembangunan, baik aspek fisik-material, sosio-kultural, maupun aspek
mental-spiritual. Kecenderungan-kecenderungan seperti ini, menjadikan daerah
perkotaan sebagai daerah yang banyak menjanjikan kehidupan yang lebih baik bagi
penduduk pedesaan, terutama bagi generasi mudanya. Obsesi semacam ini menjadi
pendorong kuat bagi penduduk pedesaan untuk beramai-ramai membanjiri dan
memadati setiap sudut daerah perkotaan, dalam suatu proses sosial yang disebut urbanisasi. Fenomena demografis
seperti ini, selanjutnya menjadi salah satu sumber permasalahan bagi kebijakan-kebijakan
dalam upaya penataan ruang dan kehidupan masyarakat perkotaan. Sampai dengan
saat sekarang ini masalah perkotaan ini masih menunjukkan gelagat yang semakin
ruwet dan kompleks.
Karesteristik
Tidak semua gejala-gejala sosial yang mengakibatkan perubahan
dapat dikatakan sebagai perubahan sosial, gejala yang dapat mengakibatkan
perubahan sosial memiliki ciri-ciri antara lain:
- Setiap masyarakat tidak akan berhenti berkembang karena mereka mengalami perubahan baik lambat maupun cepat.
- Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu akan diikuti dengan perubahan pada lembaga-lembaga sosial lainnya.
- Perubahan sosial yang cepat dapat mengakibatkan terjadinya disorganisasi yang bersifat sementara sebagai proses penyesuaian diri.
- Perubahan tidak dibatasi oleh bidang kebendaan atau bidang spiritual karena keduanya memiliki hubungan timbal balik yang kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar